B. Menghadiri Perjamuan Malam Tuhan
"...Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu Tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu" - (1 Kor 10: 16-17).
Satu Korintus 11:23-25 memberi tahu kita, bahwa yang ditekankan dalam perjamuan malam Tuhan ialah mengenangkan Tuhan; sedang 1 Korintus 10:16-17 dan 21 memberi tahu kita bahwa yang ditekankan dalam meja Tuhan ialah persekutuan kaum saleh.
Bersama makan dan mengambil bagian dalam satu roti, serta bersama minum dan menikmati satu cawan, mengisyaratkan bahwa kita bersekutu satu dengan yang lain. Darah Kristus yang kita nikmati bersama menyingkirkan semua sekatan di antara kaum saleh. Roti yang kita nikmati bersama, yang menyatakan tubuh individu Kristus, masuk ke dalam kita, menjadikan kita seketul roti, menyatakan satu Tubuh korporat Kristus. Pada aspek makan perjamuan malam Tuhan, roti mengacu kepada tubuh individu Tuhan, yang telah diserahkan di atas salib bagi kita. Pada aspek menghadiri meja Tuhan, roti mengacu kepada Tubuh korporat Tuhan, yang tersusun dari semua orang saleh yang terlahir kembali melalui kebangkitan-Nya dari kematian. Ini bukan hanya merupakan hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga hubu-ngan kita dengan semua orang saleh.
II. MENYEMBAH BAPA -- BERINTIKAN BAPA
Sidang pemecahan roti adalah sidang penyembahan dari umat saleh. Sesuai dengan prosedur penyelamatan Allah, pertama-tama kita menerima, mengingat Tuhan dan kemudian menghampiri, menyembah Bapa. Inti pada bagian mengingat Tuhan adalah kenangan terhadap Tuhan. lnti pada bagian menyembah Bapa adalah penyembahan terhadap Bapa. Karena itu, semua doa, kidung, dan firman harus diarahkan kepada Bapa.
"...sesudah menyanyikan pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya, ke bukit Zaitun" (Mat 26:26-30).
Tuhan Yesus membawa mereka ke bukit Zaitun menjumpai Bapa. Ini menyiratkan dengan pasti sebuah prinsip, yaitu setelah memecahkan roti dan mengenang Tuhan, kita dipimpin-Nya untuk bersama-sama menyembah Bapa.
"Aku [Kristus yang dibangkitkan] akan memberitakan nama-Mu [Bapa] kepada saudara-saudara-Ku..." (Ibr 2:12).
Di sini tercantum apa yang diperbuat Tuhan sewaktu la menampakkan diri dan bersidang bersama murid-murid-Nya, yang setelah kebangkitan-Nya disebut saudara-saudara-Nya, serta mengumumkan nama Bapa kepada mereka. Ia juga menyebut mereka gereja (jemaat), sambil memanjatkan kidung pujian kepada Bapa di tengah-tengah mereka. Tadinya, adalah Putra tunggal Allah, tetapi melalui mati dan bangkit, Ia melahirkan kembali kita yang percaya kepada-Nya (1 Ptr. 1:3), sehingga kita menjadi putra-putra Allah, dan la menjadi Putra sulung Allah (Rm 8:29), memimpin kita para putra datang kepada Bapa. Setelah kebangkitkan, Ia datang ke tengah-tengah murid-murid (Yoh 20:19-20), mengumumkan nama Bapa kepada saudara-saudara-Nya. Kemudian dengan status Putra sulung Allah, la memimpin saudara-saudara-Nya, yaitu para putra Allah, menyanyikan pujian kepada Bapa. Berdasarkan fakta ini, setelah memecahkan roti mengenang Tuhan, kita pun harus dipimpin Tuhan untuk menyembah Bapa. III. ORANG YANG MEMECAHKAN ROTI
“Yesus mengambil roti ... lalu memberikannya kepada murid-murid" (Mat 26:26).
"Dan semua orang yang telah menjadi percaya memecah-mecahkan roti" (Kis. 2:44-46).
Orang yang memecahkan roti haruslah "orang yang sudah percaya", yaitu orang yang sudah percaya dan menerima penyelamatan Tuhan, memiliki hayat Tuhan, dimiliki oleh Tuhan serta tidak lagi hidup didalam dosa. Hanya orang beriman semacam inilah yang boleh dan dapat memecahkan roti.
IV. WAKTU MEMECAHKAN ROTI
"Mereka bertekun . . . memecahkan roti" (Kis. 2:42). "Tiap-tiap hari ... memecahkan-mecahkan roti" (Kis 2:46).
Kaum saleh pada zaman sebermula tekun memecahkan roti setiap hari. Waktu itu, mereka membara terhadap Tuhan, sangat mengasihi Tuhan, sehingga dengan sendirinya mereka memecahkan roti setiap hari. Ini menunjukkan kepada kita, jika mungkin, semakin sering memecahkan roti mengenang Tuhan, tentunya semakin baik.
"Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti" (Kis 20:7).
Kaum saleh zaman sebermula memecahkan roti setiap hari. Kemudian mereka mulai mem-biasakannya seminggu sekali pada hari pertama dalam minggu itu. Hari pertama dalam satu minggu adalah hari Tuhan (hari Minggu), adalah hari kebangkitan Tuhan dan merupakan permu-laan dari satu minggu, ini menyatakan bahwa yang usang telah berlalu dan yang baru dimulai. Karena itu, sangatlah tepat memecahkan roti pada hari ini demi mengenang Tuhan.
"Makan perjamuan malam Tuhan" (1 Kor. 11:20; Tl.).
Berhubung memecahkan roti ialah makan perjamuan malam Tuhan, maka paling baik jika dilaksanakan pada petang hari. Apalagi pada petang hari semua pekerjaan telah selesai, beban yang dipikul juga telah diletakkan, bebas dan roh pun segar. Saat paling tepat untuk mengenang Tuhan; tanpa rasa cemas, juga mudah menjamah kehadiran Tuhan. Tapi ini bukan keharusan. Jika sulit dilaksanakan pada petang hari, boleh saja dipertimbangkan untuk dilaksanakan pada pagi hari atau siang hari.
V. TEMPAT MEMECAHKAN ROTI
“Mereka memecah-mecahkan roti di rumah masing-masing" (Kis 2:46).
"Apabila kamu berkumpul . . . makan perjamuan malam Tuhan" (1 Kor. 11:20; Tl.).
Menurut ayat ini, umat saleh generasi sebermula berhimpun di satu tempat sambil makan perjamuan malam Tuhan. Ini tentunya berlangsung di tempat yang lebih besar. Sidang kecil secara rumahan terasa manis dan akrab. Sidang besar yang berhimpun di satu tempat, terasa juga kaya dan cita rasa membubung. Umat saleh boleh memecahkan roti di rumah-rumah atau pun berhimpun di satu tempat. Itu dikatakan oleh gereja sesuai kebutuhan dan situasi keadaan.
VI. SETELAH MEMECAHKAN ROTI
"Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1 Kor. 11:26).
Orang-orang yang memecahkan roti demi mengenang Tuhan, pasti adalah orang-orang yang merindukan Tuhan, menantikan kedatangan-Nya, pula mendambakan penampakan diri-Nya (2 Tim. 4:8). Karena itu, setelah memecahkan roti, wajib-lah kita menempuh hidup yang menantikan kedatangan Tuhan.
"...Kamu tidak dapat mengambil bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat" (1 Kor 10:21).
Istilah “perjamuan roh-roh jahat” mengacu kepada persembahan-persembahan kepada berhala. jadi, setelah kita memecahkan roti, kita tidak boleh makan barang-barang persembahan kepada berhala.
"Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama..." (1 Kor. 5:8).
Ragi di sini mengacu kepada segala kejahatan dan segala yang dapat merusak kita. Dalam Perjanjian Lama, segera setelah merayakan pesta Paskah, bani Israel merayakan pesta Roti tak beragi, menyingkirkan semua ragi dari praktek hidup mereka (Kel. 16:1-4). Pemecahan roti Perjanjian Baru adalah menggantikan Paskah Perjanjian Lama. Karena itu, setelah memecahkan roti, kita harus menempuh pesta Roti tak beragi, yakni mengesampingkan segala kejahatan dan segala yang dapat merusak kita dari praktek hidup kita. Kita hanya menempuh hidup yang suci, bebas dosa, dan berdasarkan hayat Tuhan yang suci yaitu Roti tanpa ragi yang tulus murni dan benar, menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh memelihara pesta Roti tak beragi.
Diskusi:
- Apakah yang perlu ditekankan dalam meja Tuhan?
- Mengapa setelah mengingat Tuhan perlu dilanjutkan dengan menyembah Bapa?
- Apakah syarat makan roti dan minum cawan?
- Bagikan pengalaman yang didapatkan dari sidang pemecahan roti!
- Firman Hayat Itu
- Allah Yang Mahamulia
- Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
- PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
- Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
- Teladan Tuhan
- Menghasilkan Banyak Buah
- Tuhan, Marilah dan Lihatlah
- Peringatan Akan Hari Itu
- Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
- Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
- Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
- Sejarah di balik perayaan natal
- Buanglah ragi yang lama itu!
- Pemuliaan