Artikel Terbaru
26 Jan 2017
Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
A. Memperingati Tuhan
- “Tuhan Yesus . . . mengambil roti . . . memecah-mecahkannya dan berkata, . . . perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor. 11:23-24).
Kita datang memecahkan roti bukan untuk mendengarkan khotbah menerima pembinaan, melainkan untuk memperingati Tuhan. Sebab itu, sifat sidang pemecahan roti berbeda dengan sifat sidang yang lainnya. Sidang-sidang yang lain berintikan berdoa, mendengarkan khotbah, penganjuran atau kesaksian, semuanya supaya kita mendapatkan sesuatu; tetapi sidang pemecahan roti berintikan memperingati Tuhan, supaya Tuhan mendapatkan sesuatu. Sebab itu, dalam sidang pemecahan roti, baik menyanyi, berdoa (doa bersyukur atau memuji), membaca Alkitab atau persekutuan menurut gerakan roh, semuanya harus berintikan Tuhan, membicarakan pesona atau pekerjaan Tuhan, kasih sayang dan kebajikan Tuhan, kehidupan dan penderitaan Tuhan di bumi, atau hormat dan kemuliaan Tuhan di surga, supaya orang memikirkan atau nampak hal-hal ini, dengannya memperingati diri Tuhan. Dalam sidang pemecahan roti, segala aktivitas seharusnya membawa pikiran dan suasana hati orang kepada diri Tuhan, supaya orang memikirkan atau nampak Tuhan, dan mempersembahkan syukur, puji-pujian, sembah sujud, atau kasih sayang kepada Tuhan. Dalam sidang semacam ini, kita tidak seharusnya mempunyai aktivitas apa pun yang mengganggu pikiran dan suasana hati orang sehingga batin orang tidak bisa terarah kepada Tuhan, sehingga pikiran dan suasana hati orang tidak bisa berkonsentrasi pada diri Tuhan.
Dalam sidang pemecahan roti, ketika kita melihat atau menerima roti yang kita pecah-pecahkan, seharusnya teringat bagaimana Tuhan berinkarnasi bagi kita, bagaimana di dalam tubuh daging mati bagi kita, bagaimana memecah-mecahkan tubuh-Nya bagi kita dan membagikan kepada kita, supaya kita mendapatkan hayat-Nya. Ketika kita nampak roti itu, atau menerima roti untuk dipecahkan, seharusnya teringat roti itu terbuat dari gandum; gandum itu telah mengalami terik panas matahari dan terpaan angin, telah digiling menjadi tepung dan dipanggang menjadi roti yang dapat kita pecah-pecahkan; terakhir masih kita pecah-pecahkan sehingga menjadi bagian yang dapat kita nikmati. Kesemuanya ini adalah lambang, menyatakan pengalaman yang Tuhan lalui, supaya hayat yang ada di dalam-Nya bisa menjadi bagian kita. Di depan roti Tuhan, kita seharusnya hanya memikirkan Tuhan dan segala sesuatu yang Tuhan kerjakan bagi kita, tidak seharusnya memikirkan diri kita, karena di sana kita adalah memperingati Tuhan.
- “Ia mengambil cawan, . . . perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor. 11:25).
Dalam sidang pemecahan roti, tidak saja ketika kita nampak atau menerima roti seharusnya ingat akan Tuhan dan apa yang telah Tuhan lakukan untuk kita. Ketika kita nampak cawan itu, atau menerima cawan itu untuk diminum, seharusnya ingat Tuhan bagaimana bagi kita “juga menjadi sama dengan mereka (anak-anak dari darah dan daging)” (Ibr. 2:14), bagaimana mengorbankan tubuh-Nya untuk kita supaya kita mendapatkan hayat-Nya, dan berdarah bagi kita supaya kita mendapatkan berkat yang tak ada taranya itu, yaitu terlepas dari dosa dan mendapatkan Allah serta segala sesuatu Allah.
Kita seharusnya ingat cawan yang kita minum terbuat dari sari anggur, yang teralir dari buah-buah anggur yang diperas. Kita seharusnya berdasarkan makna dari lambang ini teringat bagaimana Tuhan ditekan oleh Allah, bagaimana menanggung dosa kita, menjadi dosa karena kita, menggantikan kita menerima penghuku-man, menerima kutukan, mengalirkan darah-Nya untuk menjadi cawan berkat kita, menjadi warisan berkat kita. Kita juga seharusnya ingat akan darah Tuhan bagaimana membuat kita mendapatkan penebusan, mendapatkan pengampunan dosa, menjadi kudus, mendapat-kan pembenaran, berdamai dengan Allah, diperkenan Allah; bagaimana mencuci bersih dosa kita, mencuci hati nurani kita, supaya hati nurani kita tidak menuduh kita lagi, supaya kita bisa dengan leluasa datang mendekati Allah; bagaimana bagi kita Tuhan menentang serangan dari roh jahat, supaya kita mengalahkan Iblis yang menuduh kita.
Di hadapan cawan Tuhan, kita seharusnya hanya ingat akan kasih Tuhan bagi kita, penderitaan penumpahan darah Tuhan bagi kita, dan segala sesuatu yang dirampungkan bagi kita oleh penumpahan darah Tuhan; kita tidak seharusnya ingat akan dosa dan kesalahan kita, karena kita telah nampak darah Tuhan, yang dinyatakan oleh cawan yang kita minum, maka tidak seharusnya memikirkan dosa kita.
B. Menikmati Tuhan
- “Yesus mengambil roti, . . . memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, 'Ambillah, makanlah'”; “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”; “Sesudah itu Ia mengambil cawan, . . . lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, 'Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu'”; “Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (Mat. 26:26-28; Luk. 22:19-20; 1 Kor. 11:24-25).
Meskipun inti pemecahan roti adalah memperingati Tuhan, tetapi peringatan ini bukan hanya merenungkan Tuhan dan segala sesuatu yang Tuhan kerjakan bagi kita, lebih-lebih adalah menikmati Tuhan dan segala sesuatu yang Tuhan kerjakan untuk kita. Tuhan berkata bahwa kita memakan roti-Nya, dan meminum cawan-Nya, menjadi peringatan akan Dia. Roti-Nya dan cawan-Nya mengacu kepada tubuh dan darah-Nya. Sebab itu, kita memakan roti-Nya, dan meminum cawan-Nya, adalah memakan tubuh-Nya, meminum darah-Nya. Tubuh-Nya dan darah-Nya adalah diri-Nya yang dikorbankan untuk kita, juga sarana-Nya untuk merampungkan segala sesuatu untuk kita. Lagi pula, makan dan minum bukan saja menerima, juga suatu kenikmatan. Sebab itu, kita makan tubuh Tuhan dan minum darah Tuhan, tidak saja menerima, juga menikmati diri Tuhan dan segala sesuatu yang Tuhan rampungkan bagi kita oleh pengorbanan tubuh dan penumpahan darah-Nya. Dengan demikian kita menerima, menikmati Tuhan, dan segala sesuatu yang Tuhan rampungkan bagi kita oleh pengorbanan dan penumpahan darah-Nya, inilah memperingati Tuhan. Sebab itu, peringatan dalam pemecahan roti bukan bersifat obyektif, melainkan bersifat subyektif; bukan memperingati Tuhan yang berada di luar diri kita, yang berjauhan dengan kita, melainkan memperingati Tuhan yang kita terima ke dalam kita, yang menjadi kenikmatan kita.
Sebab itu, setiap kali kita memecahkan roti memperingati Tuhan, tidak saja dengan hati yang tenang merenungkan persona Tuhan dan karya Tuhan, juga mempersembahkan puji-pujian dan ucapan syukur kepada-Nya, dengan roh yang terbuka menerima Tuhan dan segala sesuatu-Nya menjadi kenikmatan batin kita. Semakin kita menikmati Tuhan, semakin memperingati-Nya. Makna sejati memperingati Tuhan adalah menikmati Tuhan. Ketika kita memecahkan roti, di dalam kita menerima Tuhan dan segala yang Tuhan kerjakan bagi kita sebagai kenikmatan kita, demikian baru merupakan peringatan yang sejati.
- “Sampai Ia datang” (1 Kor. 11:26).
Ketika kita memecahkan roti, tidak saja melakukan peringatan, peragaan, juga mengharap. Kita memperingati diri Tuhan, menikmati diri Tuhan; memperagakan kematian Tuhan, memamerkan kematian Tuhan; dan mengharap, menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Ketika ikut pemecahan roti, kita seharusnya sambil memperingati Tuhan, bersentuhan dengan Tuhan, juga menatap pada kematian Tuhan, dan mengharap kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Karena Dia sudah meninggalkan kita dan pergi ke surga, maka kita harus memperingati-Nya. Tetapi Ia berjanji akan datang kembali dari surga untuk menjemput kita, sebab itu kita harus menantikan kedatangan-Nya. Meskipun Dia sekarang di dalam roh, di dalam kita, berserta dengan kita secara tidak kelihatan, tetapi penyertaan yang berwujud yang tertam-pak di luar kita, harus menunggu sampai kedatangan-Nya yang kedua kalinya.
Artikel Terbaru
- Firman Hayat Itu
- Allah Yang Mahamulia
- Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
- PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
- Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
- Teladan Tuhan
- Menghasilkan Banyak Buah
- Tuhan, Marilah dan Lihatlah
- Peringatan Akan Hari Itu
- Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
- Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
- Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
- Sejarah di balik perayaan natal
- Buanglah ragi yang lama itu!
- Pemuliaan