“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
(Yohanes 12:24)
Tuhan Yesus jatuh ke dalam tanah dan mati sehingga unsur ilahi-Nya, hayat ilahi-Nya, menghasilkan banyak orang beriman dalam kebangkitan (1 Ptr. 1:3), sama seperti sebiji gandum yang unsur hayatnya terbebaskan melalui jatuh ke dalam tanah dan tumbuh dari tanah untuk menghasilkan banyak buah, dengan menghasilkan banyak biji. Tuhan sebagai satu biji gandum yang jatuh ke dalam tanah, Ia kehilangan hayat jiwa-Nya melalui kematian-Nya, sehingga Ia dapat membebaskan hayat kekal-Nya dalam kebangkitan kepada “banyak biji”.
Pada satu aspek, kematian Tuhan adalah jatuhnya Dia ke dalam tanah sebagaimana diwahyukan dalam ayat 24; pada aspek lain adalah terpancangnya Dia di kayu (ayat 32; 1 Ptr. 2:24). “Jatuh ke dalam tanah” sebagai sebiji gandum untuk menghasilkan banyak biji, “dipancangkan” di kayu sebagai Anak Manusia untuk menarik semua orang kepada-Nya. Banyak biji yang dihasilkan oleh jatuhnya Dia ke dalam tanah ialah “semua orang” yang tertarik oleh terpancangnya Dia di kayu salib.
Dalam Yohanes 12, kematian Tuhan tidak diwahyukan sebagai kematian penebusan (seperti dalam 1:29), tetapi sebagai kematian yang menghasilkan, melahirkan kembali. Melalui kematian-Nya, Tuhan dimuliakan dan memuliakan Allah Bapa. Dalam ayat 23, Tuhan berkata, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” dan dalam ayat 28 Ia berdoa, “Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Bagaimana Tuhan dimuliakan? Ia dimuliakan melalui kematian dan kebangkitan. Karena melalui kematian dan kebangkitan itulah unsur ilahi-Nya dibebaskan dan diekspresikan. Bagaimana Allah Bapa dimuliakan? Melalui dimuliakannya Anak. Ketika unsur ilahi Anak dibebaskan dan diekspresikan melalui kematian dan kebangkitan-Nya, hayat ilahi Bapa dibebaskan dan diekspresikan. Karena itu, Bapa dimuliakan dalam kemuliaan Anak melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Misalnya, kita mempunyai sebutir benih bunga. Walaupun banyak keindahan terkandung dalam hayat benih itu, namun bagaimana keindahan itu dapat diekspresikan? Benih itu harus mati. Kalau benih itu jatuh ke dalam tanah, mati, dan tumbuh, keindahan yang penuh di dalamnya akan diekspresikan. Itulah kemuliaan, hayat di dalam benih dimuliakan. Demikian pula, pada suatu saat Allah terbatas dalam tubuh daging Anak. Anak harus mati sehingga Bapa di dalam Dia dapat dibebaskan, diekspresikan, dan dimuliakan dalam kebangkitan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya hayat ilahi-Nya di bebaskan sehingga kita yang percaya dapat menerima hayat ilahi-Nya dan menjadi anak-anak Allah yang dapat mengekspresikan kemuliaan Allah Bapa.
- Firman Hayat Itu
- Allah Yang Mahamulia
- Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
- PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
- Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
- Teladan Tuhan
- Menghasilkan Banyak Buah
- Tuhan, Marilah dan Lihatlah
- Peringatan Akan Hari Itu
- Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
- Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
- Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
- Sejarah di balik perayaan natal
- Buanglah ragi yang lama itu!
- Pemuliaan