Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Firman Hayat Itu
Allah Yang Mahamulia
Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
Teladan Tuhan
Menghasilkan Banyak Buah
Tuhan, Marilah dan Lihatlah
Peringatan Akan Hari Itu
Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
Sejarah di balik perayaan natal
Buanglah ragi yang lama itu!
Pemuliaan
Membereskan Hidup yang Lama

Ayat Kunci:

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Korintus 5:17)


Segera setelah kita beroleh selamat, kita mengalami satu perubahan atas hakiki diri kita serta menjadi manusia baru, maka wajiblah kita mempunyai satu permulaan yang baru, menempuh satu hidup yang baru. Sebab itu harus ada pemberesan terhadap hidup kita yang lama. Jika seseorang tidak mengakhiri masa lampaunya setelah ia diselamatkan, ia tidak akan dapat maju sebagaimana seharusnya sebagai seorang Kristen. Meskipun ia damba untuk maju, dia akan masih menginginkan hal-hal dunia. Di satu sisi, dia ingin menjadi orang Kristen, dan di sisi lain, ia masih memperhi-dupkan hayat ciptaan lama. Dia ingin mengikuti Tuhan, tapi ia masih berpegang pada perkara-perkara dosa masa lampau. Orang seperti itu seolah-olah ia adalah seorang Kristen dan orang di dalam dunia. Ia tampaknya menjadi seorang anak Allah dan orang milik iblis. Ini salah.


I. MENINGGALKAN BERHALA-BERHALA


1. "Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar” (1 Tes. 1:9).

Ayat ini ditujukan kepada kaum beriman di Tesalonika. Begitu mereka percaya kepada Tuhan, mereka berbalik dari berhala-berhala kepada Allah dan melayani Allah yang hidup dan yang benar. Allah adalah Allah yang cemburu, Dia takkan mentolerir orang yang melayani-Nya sujud menyembah berhala apa pun (Kel. 20:5). Karena Iblis bersembunyi di balik berhala-berhala tersebut. Sebab itu, setelah kita percaya kepada Tuhan dan berpaling kepada Allah, kita harus meninggalkan dan membuang semua berhala; entah itu terbuat dari emas, perak, tembaga, besi, kayu, atau batu, dalam bentuk dan ukuran macam apa pun. Dalam Perjanjian Lama, Allah menyuruh umat-Nya menghancurkan dan membakar semua  berhala (Ul. 7:5). Kita, orang-orang milik Allah, juga harus melakukan hal yang sama, jangan  menyimpan berhala apa pun untuk diberikan kepada orang lain. Hal ini sangat bersalah kepada Allah  juga merusak orang lain. Menurut apa yang dikatakan dalam Ulangan 7:5, bukan saja berhala itu sendiri, juga semua barang yang ada hubungannya dengan berhala-berhala itu, harus dihancurkan dan dibakar.


II. MEMBUANG PERKARA YANG JAHAT DAN YANG NAJIS


1. "Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di hadapan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak. Dengan jalan ini, makin tersebarlah firman Tuhan dan makin berkuasa" (Kis. 19:19-20).

Ayat-ayat ini menunjukkan, bahwa kaum beriman baru di Efesus dulunya menyembah dewi besar di Efesus (Kis. 19:27). Setelah percaya dan berpaling kepada Allah, mereka mengumpulkan buku-buku yang tak patut dari perbendaharaan mereka dan membakarnya di hadapan semua orang. Kasus ini dengan jelas memperlihatkan kepada kita, bahwa setelah percaya kepada Tuhan, kita harus membuang segala sesuatu yang jahat dan najis, yang berhubungan dengan berhala dan segala perkara yang jahat, misalnya buku-buku ramalan dan horoskop, gambar-gambar atau cap naga, dan segala macam perlengkapan judi. Barang-barang yang bergambar atau bercap naga harus dibuang, karena naga itu simbol dari Iblis, Satan (Why. 12:9). Karena kita adalah milik Allah, menyembah dan melayani Allah, maka segala yang kita pakai, yang kita pajangkan dan simpan di dalam rumah kita, janganlah menunjukkan hal-hal yang jahat dan najis. Sebaliknya, almari, perhiasan, dekorasi, perabotan rumah kita, harus terlihat oleh orang lain, bahwa kita percaya kepada Tuhan dan mengasihi Allah.


III. MEMBERIKAN GANTI RUGI


1. "Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" (Luk. 19:8).

Inilah ucapan Zakheus si pemungut cukai kepada Tuhan ketika ia menerima Dia, yang menunjukkan kuasa yang luar biasa dari keselamatan Tuhan. Ia adalah seorang pemungut cukai yang suka memeras orang lain, juga pencinta uang, namun satu perubahan besar terjadi atas dirinya ketika ia menerima Tuhan. Dengan suka rela ia memberikan setengah dari seluruh harta bendanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat setiap uang haram yang didapatnya melalui memeras orang lain. Tindakan ini bukanlah syarat karunia keselamatan, juga bukan permintaan atau perintah mendadak dari Tuhan, tetapi merupakan dampak yang luar biasa dari karunia keselamatan Tuhan yang dinamis atas diri Zakheus. Berdasarkan kasus keselamatan ini, kita pun seharusnya mengembalikan semua perolehan yang haram kepada orang yang bersangkutan segera setelah kita percaya Tuhan. Demikian barulah kita mempunyai satu kesaksian di hadapan manusia dan perasaan damai di dalam hati nurani kita. Jika barang haram itu kita peroleh secara gelap tanpa diketahui orang lain, termasuk mereka yang kita gelapkan uangnya, kita perlu dengan hikmat mengganti rugi dan mengembalikan apa yang telah kita peroleh secara diam-diam, tanpa menimbulkan problema dan jangan menyulitkan orang lain. Ganti rugi kita hanya perlu diketahui oleh mereka yang memang tahu perbuatan rahasia kita itu.

Sesuai dengan prinsip ganti rugi, setelah diselamatkan, kita perlu dengan hikmat menanggulangi semua hubungan yang amoral dengan orang lain. Setelah itu barulah kita layak disebut orang Kristen yang sejati.


Diskusi:

  1. Apakah membereskan hidup yang lama merupakan syarat untuk menerima keselamatan?
  2. Bagaimana jika seorang kaum beriman tidak membereskan hidupnya yang lampau?
  3. Mengapa kita harus meninggalkan berhala dan semua perkara-perkara yang berhubungan dengan berhala-berhala itu? Bagaimana membereskannya?
  4. Bagaimanakah prinsip memberikan ganti rugi?
Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru