Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Mengalami Penyucian Jiwa untuk Mewujudkan Kasih Persaudaraan yang Tulus ikhlas

      Satu Petrus 1:23 memberitahu kita, “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, melalui firman Allah, yang hidup dan yang berhuni" (Tl.). Dalam pasal pertama ini dimulai dan diakhiri dengan kelahiran kembali (1 Ptr. 1:3,23). Kelahiran kembali dengan hayat ilahi adalah dasar, tumpuan, agar jiwa kita disucikan, dikuduskan, sehingga menghasilkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas terhadap semua orang kudus (1 Ptr. 1:22).

      Penyucian jiwa kita adalah pengudusan Roh atas watak (sifat) kita, agar kita bisa menempuh kehidupan yang kudus dalam sifat kudus Allah (ayat 15-16). Jiwa kita disucikan berarti pikiran, emosi, dan tekad kita, sebagai bagian dari hati kita, disucikan dari segala macam kecemaran atau kekotoran (Kis. 15:9; Yak 4:8). Sebenarnya, ini berarti pikiran, emosi, dan tekad kita dilepaskan dari segala hal selain Allah, agar tertuju kepada Allah sebagai satu-satunya tujuan dan sasaran yang unik. Penyucian semacam ini dirampungkan oleh ketaatan kita kepada kebenaran, yaitu isi dan realitas kepercayaan kita dalam Kristus. Ketika kita menaati kebenaran, seluruh jiwa kita terpusat pada Allah dan dengan demikian disucikan dari segala hal selain Allah. Inilah yang dimaksud dengan jiwa kita diselamatkan dari segala kenajisan dengan menerima firman yang tertanam (Yak. 1:21), yaitu kebenaran yang menguduskan, yang adalah firman realitas Allah (Yoh. 17:17).

      Dalam ayat 13 Petrus berkata, "Sebab itu, siapkanlah akal budimu (pikiranmu), waspadalah dan berharaplah sepenuhnya pada anugerah yang akan diberikan kepadamu pada saat Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak." Kata "Sebab itu" pada permulaan ayat ini berdasar pada semua kebenaran ilahi yang ada dalam ayat 1-12. Masalah terpilihnya kita menurut pengenalan dini Allah tidak hanya doktrin, melainkan kebenaran, realitas. Adalah suatu realitas bahwa Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus telah melahirkan kita kembali kepada pengharapan yang hidup. Dan menerima warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu, yang disimpan bagi kita di surga. Dalam kedua belas ayat ini kita memiliki sejumlah besar kebenaran, realitas.

      Dengan semua kebenaran ini sebagai dasar, Petrus mendorong kita untuk menyiapkan pikiran kita dan waspada. Kita tidak seharusnya membiarkan pikiran kita mengembara, dan kita tidak seharusnya mabuk atau terbius. Waspada adalah tidak terbius. Karena itu, dalam ayat 13 Petrus menyuruh orang beriman Yahudi melupakan latar belakang agamawi mereka, waspada, dan tidak lagi mengembara dalam pikiran mereka. Hari ini kita pun perlu belajar untuk tidak mengembara dalam pikiran kita.

      Menyiapkan pikiran kita sesungguhnya adalah menyucikan jiwa kita. Setiap kali pikiran kita mengembara, jiwa kita tidak bersih. Pikiran yang menyimpang ini bisa memasuki pikiran kita sebagai panah api, yang mengotori emosi dan tekad. Akibatnya, kita tidak bersih di dalam Tuhan dan di hadapan Tuhan. Hal ini membuat kita sulit untuk memuji Tuhan dengan tulus.

      Kemudian dalam ayat 22 Petrus mengata-kan bahwa jika kita telah menyucikan jiwa kita oleh ketaatan kepada kebenaran maka kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena penyucian jiwa kita menyebabkan seluruh diri kita terpusat kepada Allah, maka kita dapat mengasihi-Nya dengan segenap hati kita, dengan segenap jiwa kita, dan dengan segenap pikiran kita (Mrk. 12:30), hasilnya ialah kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Kasih persaudaraan yang tulus ikhlas adalah kasih persaudaraan yang murni, tanpa kepura-puraan, adalah kasih persaudaraan tanpa topeng apa pun.

      Ketika kita menyucikan jiwa kita dengan ketaatan kita kepada kebenaran, kita dapat mengasihi satu sama lain dengan membara dari hati kita. Dalam ayat 22 terdapat penyucian jiwa kita dan mengasihi dari hati. Mengasihi dari hati berarti memiliki kasih yang tidak hanya berasal dari bagian jiwa kita, tetapi juga dari hati nurani kita. Hati nurani kita bersaksi bahwa kita mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang tulus ikhlas. Ketika hati nurani kita memiliki kesaksian demikian, berarti kita mengasihi dari hati. Tanpa adanya kasih persaudaraan, maka kehidupan gereja akan berakhir. Hidup gereja adalah satu kehidupan yang korporat yang meliputi kasih persaudaraan kepada semua saudara dan saudari. Puji Tuhan! kasih persaudaraan yang tulus ikhlas adalah bagi kehidupan gereja.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru