Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Jalan untuk menerima anugerah dan menantikan kedatangan Kristus

Anugerah Allah diberikan hanya kepada orang yang rendah hati. Orang yang congkak tidak bisa menerima anugerah Allah, bahkan menyebabkan Dia menolak kita. Ren­dah hati menyebabkan Dia mengaruniakan anugerah. Allah tidak mungkin menjawab doa orang yang congkak. Kita perlu belajar mendekat kepada Allah un­tuk menerima anugerah yang lebih besar. Karena itu, seharusnya kita menerima firman yang tertanam dengan le­mah lembut, bukannya bersikap congkak dan menentang Allah. Orang yang congkak tidak dapat menerima firman Allah yang tertanam. Jika kita cukup rendah hati, kita akan me­nerima firman yang tertanam, dan juga akan menerima anugerah yang lebih besar (Yak. 4:6).

Dalam 4:7 Yakobus meneruskan, "Karena itu tun­duklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu!" Tunduk kepada Allah berarti merendah­kan diri di hadapan Allah (ayat 10; 1 Ptr. 5:6). Congkak terhadap Allah adalah berpihak kepada musuh Allah, Iblis. Rendah hati di hadapan Allah, yaitu tun­duk kepada Allah, adalah menentang, melawan Iblis. Ini adalah strategi yang paling baik untuk memerangi musuh Allah; hal ini akan membuat Iblis lari meninggalkan kita.

Dalam ayat 10 Yakobus mengakhiri bagian ini: "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan me­ninggikan kamu." Iblis dulunya tak bercela di dalam tingkah lakunya sejak hari penciptaannya. Tentu saja Allah tidak mencipta-kan Iblis yang jahat. Allah menciptakan pemim-pin malaikat yang baik dan sempurna. Namun pada suatu saat, pemimpin malaikat ini, yaitu kerub yang diurapi, memberontak terhadap Allah karena kesombongan hatinya (Yeh.28:17).  Karena itu, rasul tak pernah mengizinkan orang yang baru bertobat menjadi penatua gereja, "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis" (1 Tim. 3:6).

Semua kebajikan dan sifat alamiah serta segala karunia rohani dapat diperalat Iblis untuk membuat diri kita sombong. Bahkan Rasul Paulus sendiri pun mungkin bisa saja (2 Kor. 12:7). Iblis yang congkak itu masih berkeliaran di bumi untuk mencari mangsanya, yaitu orang-orang sombong yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8). Satu-satunya jalan untuk menentangnya ialah kita harus rendah hati (1 Ptr. 5:9, 5-6). Tuhan Yesus adalah teladan yang baik.

Perkataan Yakobus  dalam 4:13-15 mem-bangkitkan ketakutan terha­dap tekad diri dan membangkitkan suatu keyakinan kepada Allah. Perkataan semacam ini pastilah keluar dari mulut orang yang takut akan Allah. Berdagang menurut kehendak sendiri, dan bermegah dalam kecongkakan (ayat 16). Jika kita meren-dahkan diri di hadapan Tuhan, kita tidak akan mempercayai tekad diri, tetapi sepenuhnya bersandar Dia. Keyakinan kita seharusnya hanya kepada-Nya.

Setelah memberi beberapa kata peringatan kepada orang kaya (5:1-6), Yakobus kemudian menasihati kita untuk menantikan kedatangan Tuhan dengan sabar (5:7-11). Dalam 5:7 Yakobus berkata, "Karena itu, Saudara-saudara, bersabarlah sampai kedatangan Tuhan!”  Kata "bersabar" di sini mengandung arti kesabaran terhadap orang, seperti kesabaran para nabi terhadap orang-orang yang menganiaya mereka (ayat 10). Selanjutnya, Yakobus menggunakan ilustrasi seorang petani yang menunggu dengan sabar hasil yang berharga dari tanahnya. Kita telah mengetahui bahwa Tuhan Yesus sesung-guhnya adalah Petani yang sejati, Petani yang unik. Ketika kita menantikan ke datangan-Nya, Ia, sebagai Petani yang sejati, menantikan kematangan kita.

Jika kita serius menunggu kedatangan Tuhan kembali, kita memerlukan kesabaran, ketekun-an, dan pertumbuhan hayat. Kebanyakan orang Kristen hari ini memandang kedatangan Tuhan hanya secara obyektif, menganggapnya tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan rohani kita. Mereka berharap kedatangan Tuhan tidak ada sangkut-pautnya dengan kematangan mere­ka. Mungkin konsepsi yang dipegang kebanyakan orang Kristen tentang kedatangan Tuhan kembali itulah yang menyebabkan Dia menunda kedatangan-Nya. Ilustrasi petani dalam 5:7 menyiratkan petani yang sedang menunggu hasil ladangnya siap dituai. Menurut Wahyu 14, Tuhan juga menunggu untuk menuai hasil yang telah masak. Bila tuaian di ladang telah masak, Ia akan kembali lagi. Jika kita memenuhi syarat pertumbuhan hayat, Tuhan akan memenuhi janji-Nya untuk segera datang kembali. Karena itu, kita perlu bertumbuh dalam hayat, dan sambil me­latih kesabaran dan ketekunan. Inilah cara yang tepat un­tuk menunggu kedatangan Tuhan kembali.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru