Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Kebajikan-kebajikan kelahiran Ilahi untuk melaksanakan kasih Ilahi (1) & (2)

Intisari Pelajaran Hayat 1 Yohanes, Berita 27 & 28

Pembacaan Alkitab : I Yohanes 3:10b-19a
 

      Hayat ilahi sebagai sumber dan Roh ilahi sebagai persona adalah "modal" di dalam kita yang memungkinkan kita melaksanakan kasih ilahi. Menurut 3:10b seorang yang tidak mengasihi saudaranya tidak berasal dari Allah. Kebenaran adalah hakiki tindakan Allah; kasih adalah hakiki esensi Allah jadi apa adanya Allah, adalah kasih; apa yang dilakukan Allah adalah kebenaran. Kasih di dalam, kebenaran di luar. Jadi kasih adalah satu manifestasi yang lebih kuat bahwa kita adalah anak-anak Allah dari pada kebenaran. Perintah saling mengasihi menurut ayat 11 adalah berita yang telah didengar sejak semula, ini mengacu kepada perintah Tuhan dalam Yohanes 13:34. Jika kita tidak menuruti perintah ini maka kita seperti Kain dalam ayat 12 yang dikatakan berasal dari si Jahat. Kata "si jahat" dalam bahasa Yunani-nya adalah poneros, yang berarti jahat, kejahatan yang berbahaya, mempengaruhi orang lain menjadi jahat dan ganas, si jahat semacam ini adalah Setan, Iblis. Fakta bahwa Kain adalah seorang anak Iblis dibuktikan dengan kebenciannya kepada saudaranya dan membunuhnya. Jika kita mengasihi maka jangan heran jika dunia membenci Kita seperti yang dikatakan dalam ayat 13. Dunia disini mengacu pada orang-orang dunia yang seperti Kain, adalah anak-anak Iblis sehingga wajar bagi mereka membenci anak-anak Allah.


      Kita tidak sama dengan mereka karena itu kita harus mengetahui bahwa kita telah dipindahkan dari maut ke dalam hidup (3:14). Dipindahkan dari maut adalah dipindahkan dari sumber, esensi, elemen, dan ruang lingkup maut ke dalam sumber, esensi, elemen, dan ruang lingkup hayat melalui kelahiran kembali. Lebih jauh lagi dalam ayat 15 Yohanes mengatakan setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh. Dalam etika rohani membenci sama dengan membunuh. Selanjutnya dalam ayat 15 Yohanes menyatakan bahwa tidak ada pembunuh yang mempunyai hayat kekal tinggal di dalam dia. Ini mengacu kepada orang-orang yang belum dilahirkan kembali. Bagaimana dengan kita yang telah dilahirkan kembali? Seorang anak Allah mungkin saja membenci orang lain namun bukanlah sebuah kebiasaan. Hal ini sama dengan melakukan dosa. Maksud Yohanes adalah menampakkan kepada kita bahwa melalui kelahiran ilahi, kita menerima hayat dan sifat ilahiNya dan Roh ilahi untuk melaksanakan apa pun yang ada di dalam hayat dan sifat ilahi.


      Pada segi negatif (sebelum beroleh selamat) kita memiliki unsur dosa dan maut, pada segi positif (setelah beroleh selamat) kita menerima unsur kebenaran (yang berlawanan dengan dosa) dan unsur hayat (yang berlawanan dengan maut). Allah adalah sumber hayat ilahi dengan esens yang adalah diri-Nya sendiri, setelah kita menerima unsur hayat ilahi kita dapat hidup dalam unsur ini sehingga menjadi ruang lingkup kita melalui menikmati esens hayat ilahi dan bersatu dengan Allah sebagai sumber hayat ilahi. Setelah kita berpindah dari dalam maut ke dalam hayat kita dapat mengalami empat aspek hayat ini yang adalah sumber, esens, unsur, dan ruang lingkup. Inilah “modal” kita untuk dapat melaksanakan kasih ilahi. Dalam ayat 16 Yohanes menunjukkan bahwa Kristus menyerahkan hayat jiwa-Nya (psuche) untuk kepentingan kita karena itu sekarang kita juga harus menyerahkan hayat jiwa kita untuk kepentingan saudara-saudara kita. Hanya Hayat ilahi (zoe) di dalam kita merupakan hayat kasih yang mampu membuat kita mengasihi hingga menyerahkan hayat jiwa kita.


      Selanjutnya dalam ayat 17-18, Yohanes memberikan sebuah contoh praktis bagaimana kita mengasihi di dalam realitas yaitu melalui menikmati Allah sebagai realitas hingga menjadi kebajikan ketulusan hati kita mengasihi saudara-saudara bukan hanya dengan perkataan bahkan dengan harta duniawi kita. Dengan demikian ini menjadi sebuah penegasan fakta bahwa kita di dalam realitas hayat ilahi yang kita terima melalui kelahiran kembali dalam ayat 19. Kebenaran dalam ayat 19 mengacu kepada realitas hayat kekal yang kita terima saat kelahiran kembali yang lebih tinggi dari kebenaran dalam ayat 18 yang mengacu pada kebajikan ketulusan hati insani hasil dari menikmati Allah sebagai realitas.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru