Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Intisari Pelajaran Hayat 1 Yohanes, Berita 11 & 12

Pembacaan Alkitab : 1 Yoh. 1:5-10
 

TERANG ILAHI DAN KEBENARAN ILAHI(3)
 

      Terdapat delapan aspek dari kebenaran. Dari kedelapan aspek kebenaran ini hampir semuanya mengacu kepada Allah Tritunggal. Allah Tritunggal yang adalah realitas dari setiap hal diwahyukan dalam firman dan disampaikan kepada kita, apa yang diwahyukan dan disampaikan adalah isi dari kepercayaan kita yang adalah situasi yang riil tentang Allah, manusia, alam semesta, hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesamanya, dan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah di mana kita akan menemukan kesejatian, kesungguhan, dan ketulusan hanyalah milik Allah, sehingga kita perlu  mengalami Allah Tritunggal sebagai realitas yang unik yaitu kebajikan ilahi-Nya hingga menjadi realitas insani kita yaitu kebajikan insani kita yang dengannya kita dapat menyembah Allah, kesemuanya ini adalah hal-hal yang riil dan sejati.

      Dari kedelapan butir mengenai kebenaran, lima yang pertama mengacu kepada realitas yang sama di dalam esensnya yaitu Allah Tritunggal sebagai realitas ilahi. Kelima butir ini adalah realitas ilahi yaitu kebajikan ilahi Allah yang perlu kita nikmati agar dapat menjadi kebajikan insani kita yang mengekspresikan Allah sang realitas, dengan demikian kita menjadi orang yang menempuh kehidupan kebenaran, tanpa kepalsuan dan kemunafikan.

      Hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam 1 Yohanes 1:6 bahwa kita perlu mempraktekkan kebenaran. Dalam 1 Yohanes 1:6, "aletheia" (kebenaran) mengacu pengaliran dan realisasi Allah sebagai terang ilahi yang disebutkan dalam ayat 5. Ketika kita tinggal dalam terang ilahi yang kita nikmati dalam persekutuan hayat ilahi, kita mempraktekkan kebenaran yang kita realisasikan dalam terang ilahi.

      Dalam Perjanjian Baru, istilah kebenaran (aletheia) dipakai lebih dari seratus kali. Maknanya dalam setiap pemunculan ditentukan oleh konteksnya. Karena itu, untuk mengerti makna kata kebenaran dalam setiap ayat tertentu, kita perlu mempelajari konteksnya. Dengan mempelajari kata ini dalam konteksnya, kita akan dibantu untuk mempunyai satu pengertian yang tepat tentang kebenaran dalam Perjanjian Baru.
 

SYARAT-SYARAT PERSEKUTUAN ILAHI (4)

      Mengatakan bahwa kita tidak berdosa berarti mengatakan bahwa kita tidak memiliki dosa yang berhuni (tinggal) di dalam sifat kita (Rm. 7:17) dan juga berarti menipu diri sendiri dan menyangkal fakta nyata dari pengalaman kita; demikianlah kita menyesatkan diri sendiri. Rasul Yohanes menulis 1 Yohanes 1:7-2:2 menyuntik kaum beriman untuk menghadapi ajaran ini. Kebenaran dalam 1:8 khususnya menyatakan realitas keadaan kita yang berdosa setelah kelahiran kembali, yang disingkapkan di bawah penerangan terang ilahi dalam persekutuan kita dengan Allah.

      Setelah disingkapkan kita perlu mengakui dosa-dosa kita. Pengakuan di sini mengacu kepada kegagalan kita setelah kita dilahirkan kembali, bukan mengakui dosa-dosa sebelum kita dilahirkan kembali. Jika kita mengaku dosa-dosa kita, Allah setia dalam firman-Nya (ayat 10) dan adil dalam darah Yesus, Anak-Nya (ayat 7). Firman-Nya adalah firman kebenaran Injil-Nya (Ef. 1:13), memberi tahu kita bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosa kita karena Kristus (Kis. 10:4:3) sedangkan darah Kristus telah memuaskan tuntutan keadilan Allah, agar Dia dapat mengampuni dosa-dosa kita (Mat. 26:28). Karena Allah mengampuni kita berarti Allah melepaskan kita dari pelanggaran dosa-dosa kita dan Dia menyucikan kita berarti Dia mencuci kita dari noda ketidakadilan kita. Pengampunan dan penyucian Allah diperlukan untuk memulihkan persekutuan kita yang terputus dengan Allah.

      Allah berjanji akan mengampuni kita dari dosa-dosa karena penebusan Kristus karena itu asalkan kita mengakui dosa-dosa kita melalui penebusan Kristus, Allah harus mengampuni kita, karena Dia harus setia dalam firman-Nya. Allah harus adil untuk menyucikan kita dari ketidakbenaran karena Dia telah menghakimi Tuhan Yesus di atas salib sebagai Pengganti kita, meletakkan segala dosa-dosa kita di atas diri-Nya. Karena itu seperti bani Israel yang sadar bahwa mereka berdosa kita perlu mengaku dosa pada Tuhan yaitu mempersembahkan Kristus kepada Allah sebagai kurban penghapus dosa dan kurban penebus salah. Namun janji dalam 1:9 tidak boleh disalahgunakan sebagai dorongan untuk berbuat dosa. Yohanes menulis ini dengan harapan kita tidak berbuat dosa namun jika kita berbuat kita memiliki janji Allah (2:1; 1:9).

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru