Kidung 129
Memuji Tuhan – Kasih-Nya
Ditulis oleh: Martin Luther
10 November 1483—18 Februari 1546
Bait pertama berkata bahwa Pengasih kita adalah Yesus Juruselamat. Kasih-Nya bukan hanya sesuatu yang tertulis melainkan sesuatu yang berdimensi, bisa dimasuki. Dalamnya lebih dari lautan dan tingginya lebih dari surga; sifatnya segar, mesra, dan tidak pernah berubah baik saat siang, kondisi yang baik; maupun saat malam, kondisi yang kelam. Tapi siapakah sasaran kasih-Nya? Puji Tuhan! Manusialah sasaran kasih-Nya.
Dalam bait kedua hingga empat, kita melihat kasih Tuhan yang diwahyukan dalam Lukas 15 menurut perumpamaan domba yang hilang. Lukas 15:4 berkata “Dia…pergi mencari yang sesat itu sampai Ia menemukannya.” Maka tahap pertama dari kasih Tuhan yang mencapai kita adalah “Aku Dia cari”, ini ada dalam tahap inkarnasi-Nya. Bait kedua menyatakan bahwa demi pencarian ini Dia rela meninggalkan takhta-Nya, mengorbankan nikmat bahagia untuk berinkarnasi jadi manusia. Jika Dia tidak melakukan ini, di surga Dia dihormati bahkan disembah oleh segenap tentara surga, namun Dia meninggalkannya untuk mencari kita.
Tahap kedua dari kasih Tuhan yang mencapai kita adalah “Aku Dia jumpa”, ini ada dalam tahap kehidupan insani-Nya. Bait dua menyatakan bahwa demi menjumpai kita Dia menempuh jalan yang senyap tiada kawan, semua celaka dan derita-Nya yang tahu hanya Allah dan Dia. Tapi atas jalan salib ini Dia tidak undur. Saat Dia menjumpai perempuan Samaria dalam Yohanes 4, saat itu Dia sangat letih karena perjalanan, Dia ingin air untuk minum, dan bahkan belum makan, namun Dia tetap menjumpai perempuan Samaria, dan menyelamatkan jiwanya.
Tahap ketiga dari kasih Tuhan yang mencapai kita adalah “Aku telah selamat”, ini ada dalam tahap kematian-Nya. Bait ketiga mengatakan bahwa demi menyelamatkan kita Dia rela dijual dan digugat, menderita: cambuk, duri, hina, cerca. Bagi keselamatan kita Dia menuju Golgota, di sana Dia mengalirkan darah dan air (Yoh. 19: 34).
Apa respon kita terhadap kasih-Nya? Bait kelima berkata “Selamanya ku kisahkan”. “Selamanya” berarti seumur hidup kita, yaitu hingga akhir hayat kita biar kita menjadi orang yang mengisahkan kasih Tuhan yang megah. Memang ada harga yang harus kita bayar untuk bisa sehari demi sehari menjadi pengisah kasih Tuhan, namun ini akan membuat kita dimenangkan atas banyak perkara hingga akhirnya kita menjadi pemenang, terangkat dan masuk dalam mulia Bapa.
- Kisah Para Rasul - Senin, 27 Juli 2020
- Apresiasi Kidung - Minggu, 19 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Sabtu, 18 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Jumat, 17 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Kamis, 16 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Rabu, 15 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Selasa, 14 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Senin, 13 Juli 2020
- Apresiasi Kidung - Minggu, 12 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Sabtu, 11 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Jumat, 10 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Kamis, 9 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Rabu, 8 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Selasa, 7 Juli 2020
- Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020