Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Arus Hayat Terbaru
Kisah Para Rasul - Senin, 27 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 19 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 18 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 17 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 16 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 15 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 14 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 13 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 12 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 11 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 10 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 9 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 8 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 7 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020
Yohanes - Selasa, 04 Februari 2020

Opini adalah Musuh Hayat

Doa baca: “Kedua perempuan itu pun mengirim kabar kepada Yesus, 'Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.'” (Yoh. 11:3)

 

Setelah di luar kandang agama, Tuhan pergi ke sebuah rumah di Betania, di mana tinggal seorang saudara dan dua orang saudari yang sangat mengasihi Tuhan. Yohanes 11 menunjukkan lebih lanjut kepada kita bahwa selain agama, opini manusia juga merupakan penghalang terbesar hayat. Dalam pasal ini khususnya adalah kuasa kebangkitan Tuhan. Ketika Lazarus akan meninggal, setelah mengirim kabar (Yoh. 11:3), Marta dan Maria mengira Tuhan akan segera datang, inilah opini mereka. Namun Tuhan bekerja tidak pernah karena opini manusia – Tuhan sengaja tinggal lagi selama dua hari. Tuhan adalah kebangkitan, perihal hidup atau mati bukanlah masalah bagi-Nya. Dalam penerapannya, kita mendapat masalah dari opini manusia.

Dalam kedaulatan-Nya, Allah menyediakan lingkungan yang membiarkan Lazarus, pengikut-Nya meninggal. Hal ini supaya kita dapat melihat bahwa Tuhan adalah kebangkitan. Tanpa adanya kematian, tidak ada jalan bagi kebangkitan untuk dapat ternyata. Bila nampak kedaulatan-Nya, kita seharusnya memuji Tuhan atas kematian Lazarus. Yohanes 11:8-15 menunjukkan murid-murid-Nya heran karena Tuhan menunda kepergian-Nya kepada Lazarus. Mereka memberi tahu Tuhan bahwa berbahaya bila Tuhan pergi mengunjungi Lazarus karena orang-orang Yahudi berusaha melempari Dia dengan batu (11:8). Bagaimanapun, Tuhan tetap pergi sehingga akhirnya murid-murid pun setuju mengikuti Dia, bahkan dengan sikap siap untuk mati martir (11:16).

Ketika Tuhan datang, Marta yang menjumpai-Nya lebih dulu membuka mulut dan beropini (11:21). Ia menyesali Tuhan terlalu lambat datang, bahkan menanggapi perkataan Tuhan dengan menyimpang (11:24). Puji Tuhan, dalam perikop tersebut, Tuhan mewahyukan diri-Nya sebagai kebangkitan dan hayat. Kita perlu sadar, bahwa tidak jarang kita juga seperti Marta, pengetahuan kita menghalangi kita mengenal bahwa Tuhan adalah kebangkitan dan hayat.

Sebarkan ke:
< Back
Arus Hayat Terbaru