Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Arus Hayat Terbaru
Kisah Para Rasul - Senin, 27 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 19 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 18 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 17 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 16 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 15 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 14 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 13 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 12 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 11 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 10 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 9 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 8 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 7 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020
Yohanes - Kamis, 20 Februari 2020

Saling Membasuh Kaki Antar Orang Beriman

 

Doa baca: “Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh. 13:14)

 

Kita tidak saja perlu pembasuhan kaki yang dilakukan langsung oleh Tuhan sendiri, tetapi juga perlu saling membasuh kaki. Kita harus membasuh kaki seorang dengan yang lain melalui pelayanan pekerjaan Roh Kudus, terang firman, dan pergerakan hayat yang di dalam.

Ketika Tuhan membasuh kaki murid-murid, Ia menanggalkan jubah-Nya. Jubah melambangkan kebajikan dan atribut-Nya dalam ekspresi-Nya. Demikian juga, bila kita hendak membasuh kaki orang lain, kita perlu mengesampingkan pencapaian kita, kebajikan, dan atribut kita. Hari ini, banyak orang yang sangat rohani, tetapi juga sombong. Mereka bangga atas kerohanian mereka dan memandang rendah orang lain, mengira bahwa orang lain belum pernah nampak visi surgawi atau mengenal sesuatu yang rohani. Inilah kesombongan. Kalau kita bersikap sombong demikian, kita takkan dapat membantu orang lain. Kita harus menanggalkan jubah kita, mengesampingkan semua tingkat kerohanian, dan menjadi sederhana dan biasa.

Menanggalkan jubah kita dan merendahkan diri kita untuk membasuh kaki orang lain bukanlah suatu perkara yang mudah. Seaindainya seseorang menyakiti kita, kita selalu menganggap diri kita lebih tinggi daripada orang itu. Di sinilah letak kesukarannya. Kita perlu menanggalkan jubah kita, merendahkan taraf kita, dan turun dari takhta kita.

Kita tidak saja perlu menanggalkan jubah sukses kita, kita juga perlu diikat dengan kain. Ini berarti kita harus diikat, kita harus kehilangan kebebasan kita. Kaki dibasuh dengan air dan diusap oleh kain yang Tuhan pakai untuk mengikat diri-Nya. Dengan kata lain, semakin kita mau diikat untuk kepentingan orang lain, kita akan semakin dapat melayani orang lain, dan membasuh kaki mereka. Inilah pembasuhan kaki secara rohani, yakni menanggalkan sukses kita, diikat, dan kehilangan kebebasan kita. Dengan demikian, kita dapat melayani saudara saudari.

Sebarkan ke:
< Back
Arus Hayat Terbaru