Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Arus Hayat Terbaru
Kisah Para Rasul - Senin, 27 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 19 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 18 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 17 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 16 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 15 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 14 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 13 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 12 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 11 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 10 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 9 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 8 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 7 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 16 Februari 2020

Kidung No.126

Memuji Tuhan – Kasih-Nya

Ditulis oleh: Joseph Stennett (1663—1713)

 

Joseph Stennett adalah seorang penulis kidung. Kidung-kidungnya sangat terkenal dan sangat sering dinyanyikan khususnya di Inggris. Sejak tahun 1690, ia juga menjadi seorang pastor. Karena Stennett sangat mengasihi Tuhan, ia melayani Tuhan sebagai seorang pastor dan penulis kidung sampai akhir hidupnya.

Kidung ini merupakan kidung pujian kepada Tuhan atas kasih Tuhan yang tak terkira kepada manusia. Bait pertama, penulis mengungkapkan betapa dalam kasih Tuhan sehingga kita pun mempersembahkan segala kita kepada-Nya. Seperti di dalam Matius 22:37 dikatakan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama.” Tuhanlah yang layak menerima kasih terbaik kita!

Dalam bait kedua dan bait ketiga, penulis menegaskan betapa Ia layak menerima kasih kita karena melalui salib kita telah diperdamaikan dengan Allah (Rm. 11:28). Dalam Roma 5:6 juga dikatakan, “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka.” Kita yang dahulu seteru Allah kini telah diperdamaikan dan dibenarkan oleh darah Yesus. Puji Dia! Atas pengorbanan yang tiada tandingannya, yang Dia berikan pada kita.

Sungguh besar pengorbanan-Nya bagi kita! Pada bait keempat dan kelima, penulis membawa kita melihat bahwa Ia yang adalah gambar Allah (FIp. 2:6) rela turun ke dunia menjadi manusia untuk selamatkan kita. Filipi 2:8 mengatakan, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Ia menempuh jalan sedemikian agar kita dapat beroleh pendamaian dan beroleh kasih Bapa.

Atas kasih dan pengorbanan Tuhan yang sedemikian, penulis mendorong kita pada bait keenam dan bait ketujuh agar kasih Tuhan dapat tersalur melalui kita karena hari ini sang Kasih itu telah tinggal di dalam kita. Haleluya! Moga kasih kita makin diserupakan dengan kasih Tuhan sehingga kita pun mampu mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri (Mat. 22:39).

Sebarkan ke:
< Back
Arus Hayat Terbaru