Inti pemikiran seluruh Alkitab terletak pada kehendak Allah yang ingin memperoleh banyak putra menjadi ekspresi-Nya. Untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama Allah harus mempunyai satu contoh atau model. Model ini tidak lain ialah Yesus Kristus, Putra Allah. Ketika Kristus datang untuk kali pertama, Ia datang sebagai Putra tunggal Allah yang menjadi manusia sejati di dalam daging. Ia hidup di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun, merasakan dan mengalami semua penderitaan hidup sebagai manusia. Kemudian Ia mati di atas salib. Melalui kematian-Nya, ciptaan lama telah diakhiri, masalah dosa telah dibereskan, dan semua musuh Allah telah dihancurkan. Kematian-Nya di atas salib merupakan kematian yang almuhit yang menggenapkan segala sesuatu bagi ekonomi Allah. Inilah contoh model dari ekspresi Allah.
Dapatkah Anda meniru persona yang sedemikian? Cara Allah ialah menempatkan model ini ke dalam kita. Perhatikanlah perum-pamaan teh. Sebungkus teh kita letakkan ke dalam segelas air. Semakin kita mengaduk air itu, ia akan semakin berbaur dengan teh. Teh akan tersebar dalam air dan bercampur dengan air, hingga menjadi air teh. Tidak seorang pun dapat meniru Yesus. Ini bukan masalah meniru Yesus, melainkan masalah dipenuhi oleh hak keputraan, seperti air dipenuhi oleh teh. Hak keputraan ini kini menunggu kerja sama kita agar Ia dapat berkembang dan memenuhi seluruh diri kita.
Surat Ibrani menerangkan bahwa Putra tunggal telah menjadi Putra sulung. Putra sulung ini telah melahirkan kembali banyak putra, dan kini Ia adalah model dalam kesempurnaan, kelengkapan dan kemuliaan. Walaupun Ia sempurna dan lengkap, namun kita, putra-putra yang memiliki hak kesulungan dalam batin, masih belum disempurnakan, dilengkapi, dan dimuliakan dalam keputraan ini.
Sekarang kita berada dalam proses diserupa-kan dengan gambar Putra sulung Allah. Jalannya terdapat dalam Roma 8:6, yakni melalui meletakkan pikiran di atas roh. Bila pikiran kita terpisah dari roh, kita akan seperti perabot listrik yang terputus dari aliran listrik. Kalau kita merasa pikiran kita tidak berada di atas roh, kita harus berhenti dan menyeru nama Tuhan Yesus. Meski sederhana, tetapi hal ini serius.
Hari ini Roh itu tidak jauh di surga; Ia justru berada dalam diri kita. Roma 8:6 menunjukkan bahwa Roh itu di dalam roh kita dapat kita rasakan. Kita mengetahuinya melalui perasaan dalam batin. Bagaimana kita mengetahui kalau meletakkan pikiran di atas daging itu maut? Di batin kita yang terdalam, kita merasa telah terputus dari persekutuan, dan kita seolah mati. Ini merupakan lampu merah dalam perjalanan rohani kita. Ketika kita melihat lampu merah menyala, kita harus berhenti. Kita baru boleh maju lagi bila lampu hijau dalam perasaan batin kita sudah menyala. Inilah artinya mengikuti Roh yang di dalam, dan seluruh diri kita hidup, bertindak menurut perasaan hayat dalam batin.
Jalan untuk diserupakan dengan rupa Kristus ialah meletakkan pikiran di atas roh. kalau seluruh pikiran kita ada di atas roh, berarti seluruh diri kita berada di atas roh. Hasilnya adalah hayat. Hal ini adalah menurut operasi hukum hayat.
Kita jangan menekankan mukjizat, ajaran, dan kelakuan, sehingga kehilangan sasaran. Banyak orang Kristen terpesona oleh mukjizat. Tetapi wahyu dasar dari kitab Perjanjian Baru berfokus pada satu butir yang menentukan: yakni Kristus bersatu dengan Bapa; Tuhan mengutus Roh itu, yang adalah diri-Nya sendiri, agar Ia dapat tinggal di dalam kita, dan agar kita dapat tinggal di dalam-Nya; dan bahwa Kristus hidup, beroperasi, dan bekerja di dalam roh kita, bahkan mengubah seluruh diri kita, agar kita menjadi ekspresi-Nya.
Apa yang kita bicarakan di sini bukanlah masalah pengajaran maupun mukjizat, melainkan hidup yang normal dari persona ajaib ini. Kita perlu hidup menurut hukum hayat, dan bergerak, bertindak, dan berperilaku menurut pengurapan. Kita tidak perlu diajar oleh siapa pun (1 Yoh. 2:27). Sifat hayat Kristus yang ajaib dan pengurapan persona Kristus lebih daripada cukup bagi kita untuk menempuh hidup sebagai orang Kristen yang normal. Di sini kita memiliki persekutuan dan bertumbuh dalam hayat. Di sini kita memiliki Kristus yang bersemayam di batin kita yang berkembang ke dalam setiap bagian diri kita, bahkan kita mengalami proses pengubahan Allah. Di sini kita memiliki hidup gereja dan pembangunan yang sejati. Di sini kita juga mempersiapkan diri kita untuk kedatangan Tuhan kembali.
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
- KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)