Pembacaan Alkitab: Yoh. 14:1-6; 2:21; 3:13; 1 Tim. 3:15
Dalam berita ini kita sampai pada titik pusat, inti dari Injil Yohanes, yaitu Yohanes 14. Pasal ini memuat suatu perkara yang sangat penting: Penyaluran Allah Tritunggal untuk menghasilkan tempat tinggal-Nya. Pasal 14 tidak hanya suatu wahyu tentang Allah Tritunggal, tetapi juga wahyu tentang penyaluran Allah Tritunggal ke dalam kaum beriman untuk pembangunan tempat tinggal-Nya.
Dalam 14:1-6, kita nampak Yesus pergi melalui kematian dan Kristus datang dalam kebangkitan untuk membawa kita, kaum beriman, ke dalam Bapa. Perhatikanlah bahwa bukan Kristus pergi dan Yesus datang, melainkan Yesus pergi dan Kristus datang. Ini bukan menerangkan kepergian Yesus ke surga dan kembali pada kali yang kedua, tetapi menerangkan kepergian Yesus melalui kematian dan kedatangan Kristus dalam kebangkitan membawa kaum beriman ke dalam Bapa. Tuhan datang dari Bapa, melalui inkarnasi, membawa Allah ke dalam manusia. Kini Tuhan pergi kepada Bapa untuk membawa manusia ke dalam Allah.
Dalam ayat 1, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Ayat ini mewahyukan dua hal yang sangat penting. Pertama ialah Tuhan sama dengan Allah. Kalau seseorang percaya kepada (ke dalam) Allah, ia pun harus percaya ke dalam Tuhan, karena Tuhan sama dengan Allah sendiri. Pada hakikatnya, Tuhan adalah Allah sendiri. Sampai saat itu, murid-murid masih tidak cukup mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah sendiri.
Allah itu hadir di mana-mana, Ia tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Di satu pihak, Tuhan adalah daging, yang terbatas oleh unsur waktu dan ruang. Di pihak lain, Tuhan bukanlah daging, melainkan Allah sendiri. Bagi Allah, tidak ada unsur waktu dan ruang. Dalam kitab ini kita diberi tahu bahwa Ia terbatas oleh waktu dan ruang, di samping itu Ia pun tidak begitu terbatas.
Tidak peduli Ia pergi atau tinggal, sama saja, karena Ia adalah Allah yang ada di mana-mana. Karena kepergian-Nya sesungguhnya adalah kedatangan-Nya, seharusnya hati mereka tidak perlu gelisah oleh kepergian-Nya itu. Ia sama dengan Allah yang mereka percayai. Kalau mereka percaya Allah, mereka pun wajib percaya Dia, karena Dia sama dengan Allah yang selalu hadir.
Butir penting kedua dalam ayat 1 ialah percaya “kepada” Allah itu berbeda dengan percaya “ke dalam” Allah. Dalam bahasa Yunani, kata depan “kepada” di sini berarti “ke dalam”(into), yakni percaya ke dalam Allah. Dengan kata lain, ini bukan kepercayaan objektif, melainkan kepercayaan subjektif. Kita harus ingat bahwa percaya kepada Allah bersifat objektif, tetapi percaya ke dalam Allah itu bersifat subjektif. Kepercayaan subjektif inilah yang membawa kita ke dalam Allah. Bukan masalah percaya fakta itu secara objektif, melainkan masalah kepercayaan subjektif yang membawa kita ke dalam Allah. Fokus pemikiran pasal ini adalah kita harus percaya ke dalam Allah.
Menurut konsepsi alamiah, kebanyakan orang Kristen mengira bahwa rumah Bapa yang disebutkan dalam ayat 2 pasti mengacu kepada surga tingkat ketiga di mana Allah Bapa tinggal. Tetapi kita tidak boleh menafsirkan Alkitab menurut konsepsi alamiah kita, melainkan harus menerangkan Alkitab dengan Alkitab.
Frase “rumah Bapa-Ku” digunakan dua kali dalam Injil Yohanes. Kali pertama digunakan dalam 2:16, di sana jelas mengacu kepada Bait Suci, mengacu kepada tempat tinggal Allah di bumi. Bait ini adalah lambang tubuh Yesus (2:21). Kita telah nampak bahwa bait ini dalam kebangkitan telah diperbesar menjadi Tubuh Kristus. Dalam 2:16, “rumah Bapa-Ku” adalah Bait Suci di bumi, bukan mengacu kepada suatu tempat di surga, melainkan Bait Allah di bumi. Oleh karena Bait Suci itu adalah lambang Tubuh Kristus, maka tubuh Yesus itulah Kemah (tabernakel) (1:14 Tl.), yaitu Bait Suci, menjadi tempat kediaman Allah di bumi. Dalam pasal 2, pada akhirnya rumah Bapa adalah Tubuh Kristus dan dalam pasal 14 rumah Bapa harus juga Tubuh Kristus. Tak seorang pun dapat menyangkal hal ini. Kini kita mendapat penjelasan yang tepat dan benar tentang “rumah Bapa-Ku”, yaitu Tubuh Kristus, gereja. Kita perlu menjaga diri kita dari ajaran yang keliru, yang mengatakan bahwa rumah Bapa di sini adalah surga.
Satu Korintus 3:16 memberi tahu kita bahwa kaum beriman, sebagai suatu keseluruhan, adalah Bait Allah. Di samping itu, Ibrani 3:6 juga mengatakan bahwa kita adalah rumah Allah, dan Efesus 2:21-22 mengatakan bahwa kaum beriman dibangun bersama sebagai tempat kediaman Allah, bukan di surga, melainkan di dalam roh. Rumah Bapa dalam Injil Yohanes dan dalam seluruh Perjanjian Baru bukan surga, melainkan Tubuh Kristus, yakni gereja sebagai tempat kediaman Allah di bumi. Setelah ditebus, dibasuh dalam darah, dan dilahirkan kembali oleh hayat ilahi, kita telah dijadikan suatu bagian yang hidup dari pembangunan yang hidup ini, yakni tempat di mana Tuhan pergi untuk menyediakannya bagi kita, seperti yang Ia katakan dalam Yohanes 14:2.
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
- KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)