Konsepsi dasar dan inti dalam Alkitab ialah bahwa Allah ingin menggarapkan diri‑Nya ke dalam kita, agar kita menjadi ekspresi‑Nya yang hidup. Allah ingin menggarapkan diri‑Nya ke dalam umat pilihan‑Nya, supaya mereka terlahir oleh‑Nya, menerima‑Nya sebagai hayat, lalu menjadi ekspresi‑Nya. Inilah keinginan dan tujuan Allah. Jalan satu‑satunya bagi Allah untuk memiliki suatu ekspresi hidup yang demikian ialah menggarapkan, diri‑Nya ke dalam kita. Walaupun konsepsi dasar ini terdapat di seluruh Alkitab, namun hal ini hampir‑hampir terhilangkan oleh kekristenan yang fundamental. Walaupun konsepsi ini hampir-hampir terhilangkan, tetapi syukur kepada Allah, kini, pada hari-hari terakhir, melalui firman-Nya Ia telah membukakan hal tersebut bagi kita.
Kolose 1:15 mengatakan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Putra adalah gambar, ekspresi Bapa. Ketika Anda melihat Putra, berarti melihat Bapa. Pada saat kita percaya kepada-Nya, Putra Allah masuk ke dalam kita. Hal ini tidak berarti Ia memberi kita sesuatu, melainkan Ia sendiri masuk ke dalam kita. Karena Allah masuk ke dalam diri kita sebagai Putra, maka kita dilahirkan Allah di dalam Putra dan beroleh hak keputraan (sonship). Ini berarti kita semua telah menjadi putra‑putra Allah. Kita bukan hanya orang‑orang berdosa yang diselamatkan, terlebih adalah putra‑putra yang dilahirkan Allah. Ini bukan suatu perkara kecil. Sebelum Yesus Kristus bangkit dari kematian, Allah hanya memiliki seorang Putra, "Anak‑Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16). Tetapi setelah kebangkitan‑Nya, Ia bukan lagi Putra tunggal Allah, sebab di dalam kebangkitan Ia telah menjadi Putra sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29).
Sebagai anak-anak Allah, apakah kita benar-benar serupa dengan Yesus Kristus, Putra sulung? Yesus Kristus telah masuk ke dalam roh kita (2 Tim. 4:22; 1 Kor. 6:17). Maka menurut roh, kita sesungguhnya serupa dengan Kristus. Tetapi sebagai manusia, kita masih memiliki satu jiwa yang tersusun dari pikiran, emosi, dan tekad. Walau dalam roh kita serupa dengan putra Allah, namun dalam pikiran, emosi, dan tekad kita masih belum serupa dengan Dia. Pengalaman kita membuktikan hal tersebut.
Hari ini, banyak saudara saudari berkata demikian, “Aku benar-benar mau kehendak Allah. Aku benar-benar mencari perkenan-Nya. Aku sungguh-sungguh mau bertindak menurut hukum Allah.” Di satu pihak mereka berkata demikian, tetapi pada saat yang sama, mereka masing-masing juga bertanya, “Mengapa aku tidak memperoleh apa yang kukejar di hadapan Allah? Mengapa yang kulakukan itu bukan apa yang kukehendaki? Mengapa aku tidak memperoleh apa yang kukehendaki, sebaliknya apa yang tidak kukehendaki malah kudapatkan?” Ini mirip dengan pengalaman Paulus dalam Roma pasal 7. Allah ingin memperlihatkan kepada kita bahwa dalam ruang lingkup kehidupanb rohani, kekuatan tekad kita tidak dapat diandalkan.
Ciri yang paling menonjol dari orang yang hidup bersandarkan tekadnya ialah mengekang diri sendiri. Banyak orang berusaha mengekang dirinya dengan ketat. Kita tidak mengatakan bahwa orang Kristen tidak perlu pembatasan, tetapi ingatlah, banyak orang Kristen yang hidup demikian, justru malah mengekang dirinya kuat-kuat, menahan diri dengan sekuat tenaga. Ah, betapa meletihkan menjadi orang Kristen yang demikian. Banyak orang Kristen yang memaksa dirinya untuk menjadi seorang yang lain, seperti menyuruh air mengalir ke atas. Mereka memaksa diri untuk menjadi orang yang bukan dirinya. Dia bukan orang macam itu, tetapi dengan gigih dia berusaha menjadi orang macam itu. Apa yang ia lakukan? Dia menggunakan tekadnya untuk memaksa diri. Banyak orang justru menjadi orang Kristen dengan cara ini. Kalau untuk menjadi orang Kristen Anda harus memeras banyak tenaga, ini berarti Anda bukan orang Kristen yang sejati. Anda bukan orang macam itu, tetapi Anda berusaha untuk menjadi orang macam itu, inilah yang disebut “hidup bersandarkan tekad”. Jika Anda bukan orang macam itu, lalu Anda memaksa diri untuk menjadi orang macam itu, maka Anda harus menggunakan tekad Anda. Inilah prinsip hukum Taurat yang di luar.
Tak seorangpun dapat menjadi serupa dengan Allah melalui memelihara hukum Taurat. Walaupun Anda membaca kesepuluh perintah berulang-ulang setiap hari, berdoa dan berpuasa, serta berusaha untuk memeliharanya, Anda tetap tidak dapat memeliharanya dengan sempurna. Tidak peduli betapa cintanya kita akan hukum Taurat, kita tidak akan mungkin memenuhi permintaannya. Jika demikian halnya, lalu apa yang harus Allah lakukan? Ia berkata, "Inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,' demikianlah firman Tuhan. 'Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku..." (Ibr. 8:10).
Semoga Allah mencelikkan mata kita, agar kita nampak bahwa tak seorang pun dapat melawan hukum dosa dan hukum maut dengan menggunakan tekadnya; tak seorang pun dapat melawan hukum dosa dengan bertekad untuk berbuat baik. Tak seorang pun dapat melawan hukum dosa dan hukum maut dengan menggunakan tekadnya untuk melakukan kehendak Allah. Tekad selamanya tidak pernah dapat melawan hukum dosa dan hukum maut! Syukur kepada Allah! Puji Allah! Ada satu hukum baru yang dapat mengalahkan hukum dosa dan hukum maut. Syukur kepada Tuhan! Puji Tuhan! Ia bukan hanya hayat yang baru, tetapi juga satu hukum yang baru (Yer. 31:33; Ibr. 8:10; Rm. 8:2).
Kristus sebagai hukum Taurat yang sejati, hukum yang baru, telah tergarap ke dalam diri kita. Kini dalam bagian terdalam diri kita terdapat sesuatu yang ajaib, yakni Kristus sendiri sebagai realitas hukum Taurat. Sekarang, karena kita memiliki hukum ini dalam batin kita, maka masalahnya bukan lagi bagaimana memelihara hukum Taurat, melainkan bagaimana membiarkan Kristus hidup melalui diri kita. Janganlah kita mencoba mengamalkan hukum Taurat secara luaran, tetapi hendaklah kita membiarkan Kristus memperhidupkan diri‑Nya sendiri dari dalam kita. Satu-satunya yang harus kita lakukan adalah mematuhi realitas hukum Taurat di batin kita agar Ia dapat memperhidupkan diri-Nya melalui kita.
Misalnya, dalam hal mengasihi dan kerendahan hati. Kita selamanya tidak mungkin menjadi orang yang penuh kasih dan rendah hati. Baik kasih maupun kerendahan hati yang sejati ialah Kristus. Kita harus dengan sederhana mematuhi‑Nya dan berkata, "Tuhan, Engkaulah yang bekerja. Kini bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku dan melalui aku." Bila kita mematuhi Kristus sedemikian, Ia akan memperhidupkan diri‑Nya melalui kita, dan kita akan menjadi ekspresi dan kesaksian Allah. Inilah ekonomi Allah.
Bagaimana Kristus sebagai realitas hukum Taurat bisa menjadi riil terhadap kita? Jika kita ingin mengalami Kristus sebagai realitas hukum Taurat, kita harus terlebih dahulu memakan manna yang tersembunyi. Begitu manna ini masuk ke dalam kita, ia akan menjadi unsur pertunasan, dan unsur pertunasan ini akan mengeluarkan buah, yakni ekspresi dan kesaksian Allah. Ketika kita memakan dan menikmati Kristus sebagai manna yang tersembunyi, ada sesuatu yang bertunas di dalam kita. Manna yang kita makan akhirnya akan menjadi unsur yang bertunas di dalam kita. Ketika unsur ini berbunga dan berbuah, itulah kesaksian dan ekspresi. Inilah operasi hukum hayat yang mengubah dan menyerupakan kita dengan gambar Kristus, sehingga kita semua menjadi ekspresi‑Nya yang hidup.
Di dalam pengalaman kita, kita mengetahui bahwa usaha kita untuk menggenapi tuntutan Allah dengan hayat alamiah, selalu berakhir dengan kegagalan. Hukum ini mempunyai banyak permintaan dan menuntut hal-hal tertentu dari kita. Di dalam diri kita sendiri, kita tidak bisa menggenapi permintaan-permintaan dan tuntutan-tuntutan ini sebab kita tidak memiliki apa-apa di dalam kita, yang sesuai dengan hukum Allah. Namun demikian, kapankala kita makan manna sebagai suplai hayat kita, manna yang kita makan akan menjadi manna yang tersembunyi. Manna yang tersembunyi, yang “tersimpan” di dalam kita, dengan sendirinya bersesuaian dengan hukum hayat dan memenuhi tuntutannya. Dengan kata lain, Kristus yang tersembunyi, Kristus sebagai manna yang tersembunyi, membuat kita sesuai dengan hukum Allah.
Semoga Tuhan memberi karunia kepada kita, sehingga kita boleh benar-benar berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku mau hidup di hadapan-Mu. Aku mau percaya kepada firman-Mu. Aku percaya, hukum hayat telah ada di dalamku. Hukum ini dengan spontan memberiku kekuatan untuk bersandar kepada Allah, melayani Allah, memuliakan Allah dan memuji Allah.” Haleluya!
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
- Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
- PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
- Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
- Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
- KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)